Rabu, 01 Agustus 2012

Pusat Informasi dan Dokumentasi Mandailing




Pusat Informasi dan Dokumentasi Mandailing (PIDM) adalah salah satu Program Kelompok Humaniora Pokmas Mandiri (KHP).

Visi KHP adalah "Membangun Masyarakat Mandiri: Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Berbudaya".

Misi PIDM adalah revitalisasi sejarah, kebudayaan dan kesenian Mandailing.

PIDM berdiri di Medan pada 15 Januari 2010 dengan langkah pertama mendirikan Sopo Sio Parsarimpunan Ni Tondi Mandailing (SSP), di Saba Garabak, Desa Hutapungkut Jae, Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing-Natal. SSP telah memulai masa ujicoba (soft opening) pada 17 Juli 2010, dan grand opening-nya pada 26 Desember 2010. SSP berfungsi sebagai museum warisan budaya Mandailing dan perpustakaan. SSP terletak 7 km dari Kotanopan, melalui jalan raya lintas Sumatra dan berbelok di Desa Marapungkut ke arah Hutagodang (1300 m).

Lihat Peta Lebih Besar

Selasa, 27 Maret 2012

Pesona Muthi'ah: Sosok Teladan Muslimah Sejati Versi Rasulullah SAW

*FATHIMAH RA *bergegas menggandeng Hasan RA yang masih kecil. Terngiang di
telinganya pesan sang ayahanda, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam,
untuk menemui seorang muslimah berakhlak mulia dan meneladaninya. Tak sabar
rasanya Fathimah untuk segera mengetahui, seperti apa gerangan teladan
wanita bernama Siti Muthi'ah tersebut.

Sesampainya di depan pintu rumah yang dimaksud, Fathimah pun mengucap salam.
Tak lama kemudian si pemilik rumah datang membuka pintu. Hatinya sangat
heran bercampur senang karena tak menyangka yang bertandang adalah putri
Rasulullah SAW. Namun, sungguh di luar dugaan Fathimah, setelah mengutarakan
maksud kedatangannya, Muthi'ah malah berkata, "Sungguh bahagia aku menyambut
kedatanganmu Fathimah. Namun, maafkanlah aku karena aku hanya dapat menerima
kedatanganmu di rumahku. Sesungguhnya suamiku mengamanatkan padaku untuk
tidak menerima tamu lelaki di rumahku."

Fathimah tersenyum, "Wahai Muthi'ah, ini Hasan anakku dan dia masih kecil."
Muthi'ah menjawab, "Sekali lagi maafkan aku Fathimah, meskipun ia masih
kecil tetapi ia lelaki. Sungguh aku tidak dapat melanggar amanat suamiku."

Mendengar jawaban Muthi'ah, Fathimah mulai merasakan kemuliaan akhlak
Muthi'ah dan semakin ingin mengetahui lebih jauh keutamaan akhlak wanita
tersebut. Akhirnya Fathimah pun pamit untuk sejenak mengantar Hasan pulang.

.Rasulullah SAW telah mengabarkan keteladanan akhlaq Muthi'ah...

Tak lama kemudian, Fathimah kembali tiba di rumah Muthi'ah seorang diri dan
segera disambut dengan gembira oleh Muthi'ah. Setibanya di dalam, Muthi'ah
dengan berbinar-binar menanyakan, apa penyebab kedatangannya. Fathimah pun
menjelaskan bahwa ia datang karena perintah ayahnya, Rasulullah SAW untuk
meneladani akhlaq Muthi'ah. Hati Muthi'ah pun segera ditutupi luapan
kebahagiaan karena pujian dari Rasulullah SAW tentu tak ada bandingannya.
Namun, ia kembali bertanya dengan keheranan pada Fathimah, "Apakah engkau
tengah bercanda Fathimah? Keutamaan akhlak seperti apa yang kumiliki? Aku
hanyalah perempuan yang biasa saja," Muthi'ah kemudian tampak berpikir
keras.

Sementara itu, tak sengaja pandangan Fathimah menyapu ruangan yang sederhana
tersebut. Terlihat olehnya sebilah rotan, sebuah kipas, dan sehelai handuk.
Ia pun segera bertanya pada Muthi'ah, "Untuk apa benda-benda itu?" Wajah
Muthi'ah pun seketika merona merah. "Untuk apa kau tanyakan itu Fathimah,
aku jadi malu." Namun, Fathimah mendesak, "Katakanlah padaku Muthi'ah,
mungkin benda-benda itulah yang membuat ayahku mengabarkan padaku tentang
kemuliaanmu."

Muthi'ah pun bercerita, "Suamiku setiap harinya bekerja keras untuk memenuhi
kebutuhan keluarga kami. Karena itu, aku sangat menyayangi dan
menghormatinya. Begitu ia pulang dari bekerja, maka aku akan cepat-cepat
menyambutnya dan mengelap keringatnya dengan handuk ini. Setelah kering
keringatnya, maka ia akan berbaring di tempat tidur. Ketika itulah, aku
mengambil kipas ini dan kukipasi tubuhnya sampai hilang penatnya atau ia
tertidur pulas."

.Inilah pesona yang hanya mampu dipahami oleh seorang muslimah sejati yang
mengukur segala tindakan dengan skala iman...

Fathimah masih penasaran, "Lalu, untuk apa rotan ini?" Muthi'ah melanjutkan,
"Setelah ia hilang lelahnya atau terbagun dari tidurnya, maka aku akan
segera berpakaian serapi dan semenarik mungkin. Karena aku tahu, seorang
suami pasti sangat senang melihat istrinya yang berpakaian rapi dan hal itu
akan membuatnya betah di rumah. Kuhidangkan makanan di atas meja makan dan
kutunggu ia hingga selesai makan. Setelah dia selesai makan, maka aku akan
bertanya, apakah ada pelayananku yang tak berkenan dihatinya. Maka aku akan
menyerahkan rotan tersebut padanya untuk memukulku."

"Lalu, apakah suamimu sering memukulmu?" tanya Fathimah. "Tidak, tidak
pernah, yang selalu terjadi adalah dia menarik tubuhku dan memelukku penuh
kasih sayang." Mendengar semua penjelasan tersebut, Fathimah terperangah.
Sungguh, tak berlebihan kiranya, jika Rasulullah menyuruhnya mendatangi
rumah Muthi'ah. Pesona akhlaqnya sungguh luar biasa.

.Perempuan beriman dan berakhlak mulia akan mendapatkan seorang suami yang
beriman dan penuh cinta...

Pesona yang tak mungkin dimiliki seorang perempuan yang berorientasi
materialistik yang memandang segala sesuatu hanya pada kebendaan dan kasat
mata saja. Sebab, cinta dan ketulusan Muthi'ah tentu tak terukur pada
sebilah rotan yang digunakan untuk memukul saja. Kasih sayangnya tentu tak
akan membuatnya rendah karena setia mengelap keringat di tubuh suaminya.

Inilah pesona yang hanya mampu dipahami oleh seorang muslimah sejati yang
mengukur segala tindakan dengan skala iman. Yang mampu melihat dengan mata
hati bahwa ketaatan akan menghadiahkan kebahagiaan. Bahwa ketundukan pada
perintah Allah dan Rasul-Nya, bukan hanya menuntun pada kebenaran. Namun,
juga pada pembuktian bahwa setiap perempuan yang beriman dan berakhlak mulia
juga akan mendapatkan seorang suami yang beriman dan penuh cinta.
['Aliya/voa-islam.com]

http://www.voa-islam.com/muslimah/article/2012/03/20/18262/pesona-muthiah-so
sok-teladan-muslimah-sejati-versi-rasulullah-saw/

Kamis, 13 Oktober 2011

Berkunjung ke Desa Sibanggor Kab. Madina



Beberapa waktu yang lalu kami berkunjung ke Desa Sibanggor, sebuah Desa dikaki Gunung Sorik Merapi Kabupaten Mandailing Natal.
Jalan menuju Desa Sibanggor ini dapat ditempuh dari Penyabungan (Ibukota Mandailing Natal) menuju Selatan ke arah Kotanopan, kira-kira 35 km setelah meninggalkan Penyabungan kita akan sampai ke Jembatan Merah yang merupakan simpang tiga, kalau kita melanjutkan perjalanan akan menuju Kotanopan sebaliknya jika kita ke kanan akan menuju ke Tano Bato yang merupakan tempat kelahiran Willem Iskandar yang merupakan Tokoh Pendidikan yang berasal dari Mandailing dan selanjutnya ke Natal.
Di Desa Tano Bato ini kita akan mengambil jalan ke kiri dan selanjutnya mengitari jalan dilereng gubung Sorik Merapi.

Kebanyakan dari rumah penduduk di desa ini masih menggunakan atap ijuk, hanya beberapa rumah saja yang mengunakan atap seng. Bahkan ada beberapa rumah masih menggunakan "Gogat" atau bambu yang didatarkan sebagai dinding.

Daerah Si Banggor ini terkenal dengan Perkampungan Tradisional Mandailing.
Pendapatan kebanyakan penduduk adalah bertani terutama sayur-sayuran dan padi.

maaf nanti dilanjutkan.